Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang

Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang berfungsi mencerminkan kegiatan bisnis yang telah terjadi. Tapi masih belum tercatat atau karena ada dokumen transaksi yang belum sampai ke

jirjis

[addtoany]

Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang.

Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang berfungsi mencerminkan kegiatan bisnis yang telah terjadi. Tapi masih belum tercatat atau karena ada dokumen transaksi yang belum sampai ke akuntan.

Jurnal penyesuaian biasanya fungsinya untuk membuat pendapatan dan pengeluaran dalam laporan laba rugi. Juga untuk aset dan kewajiban dalam laporan neraca dilaporkan dengan nilai yang sesungguhnya.

Dengan begitu, setiap jurnal penyesuaian mempengaruhi laporan laba rugi dan laporan neraca.

Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang terbagi ke dalam dua kategori utama pencatatan secara akrual (pengakumulasian) dan transaksi yang ditangguhkan (yang ditunda sementara).

Contoh akun yang terlibat langsung dengan jurnal penyesuaian persediaan barang adalah pendapatan yang masih harus dibayar, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan yang belum diakui dan biaya dibayar di muka.

Apa Itu Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang?

Untuk perusahaan dagang, Persediaan Barang Dagang masuk ke dalam kategori biaya dibayar di muka. Karena aslinya perusahaan membeli persediaan sebelum digunakan (dijual).

Implikasinya dalam sistem pencatatan perpetual, ketika terjadi transaksi pembelian persediaan, perusahaan mencatatnya sebagai aset dan mencatat biaya (harga pokok penjualan) ketika terjadi penjualan.

Lagi dan lagi, entri jurnal penyesuaian tergantung pada mede pencatatan persediaan yang digunakan, apakah itu FIFO, LIFO, atau rata-rata tertimbang.

Untuk langkah penyesuaian dalam penilaian persediaan, setiap perusahaan atau bisnis melakukan stock opname di akhir bulan untuk mengetahui nilai sesungguhnya dari persediaan akhir.

Nilai sesungguhnya dari stock opname tersebut akan dicocokkan dengan nilai persediaan akhir pada laporan laba rugi. Jika terjadi ketidakcocokan, maka di sini peran jurnal penyesuaian bekerja.

Setelah mengetahui apa itu jurnal penyesuaian persediaan barang dagang, selanjutnya kita bahas ke metodenya.

Baca juga : Biaya Publikasi Jurnal SINTA

1. Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang Pada Metode Persediaan Perpetual

jurnal penyesuaian persediaan barang dagang metode perpetual, perusahaan membandingkan nilai jumlah persediaan akhir fisik dari hasil stock opname dengan jumlah persediaan akhir di neraca saldo yang belum disesuaikan.

Jika terdapat perbedaan (hampir selalu ada dengan berbagai alasan, seperti karena pencurian, kerusakan, pemborosan, atau kesalahan karyawan), maka jurnal penyesuaian harus dibuat.

Sebagai contoh, nilai pada akun persediaan akhir dan HPP di neraca saldo yang belum disesuaikan perusahaan Maju Jaya adalah Rp5.000.000 dan Rp120.000.000.

Ternyata setelah dilakukan stock name, nilai persediaan akhir yang sesungguhnya adalah Rp4.800.000.

Perbedaan ini harus disesuaikan dan dicatat dengan jurnal penyesuaian yang berimplikasi kepada turunnya nilai persediaan dan naiknya biaya HPP.

Jurnal penyesuaian persediaan barang dagang metode perpetual adalah sebagai berikut:

Nama AkunDebitKredit
HPPRp200.000
      PersediaanRp200.000
(Rp5.000.000 – Rp4.800.000 = Rp200.000)

Jika yang terjadi sebaliknya, hasil Stock operation name menunjukkan nilai persediaan akhir lebih besar dari nilai di neraca saldo yang belum disesuaikan, di mana ini jarang terjadi di beberapa perusahaan maka pencatatannya hpp kredit.

Artikel Menarik :

2. Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang Metode Periodik

Jurnal penyesuaian persediaan Barang dagang metode periodik, yaitu perusahaan tidak mencatat transaksi pembelian atau penjualan langsung ke akun persediaan.

Saldo-saldo yang belum disesuaikan untuk persediaan mewakili saldo akhir periode lalu dan tidak termasuk dari periode saat ini.

Dan tentunya HPP belum tercatat selama periode berjalan. Persahaan menggunakan hasil stock opname sebagai saldo persediaan akhir dan untuk menghitung jumlah penyesuaian yang diperlukan.

Untuk mengetahui nilai HPP, perusahaan harus mengetahui:

  1. Nilai persediaan awal
  2. Pembelian persediaan bersih selama periode berjalan (pembelian + biaya angkut pembelian – diskon pembelian – retur pembelian)
  3. Nilai persediaan akhir

Sebagai contoh, perusahaan Sejahtera jaya mempunyai data neraca saldo yang belum disesuaikan sebagai berikut:

Akun Neraca SaldoDebitKredit
Persediaan awalRp25.000.000
PembelianRp170.000.000
Diskon pembelianRp500.000
Retur PembelianRp950.000
Biaya Angkut PembelianRp1.000.000

Pada akhir periode akuntansi, perusahaan harus melakukan jurnal penyesuaian untuk menutup akun pembelian kepada akun persediaan.

Berikut jurnal penyesuaian persediaan barang dagang periodik:

Jurnal PenyesuaianDebitKredit
PersediaanRp169.550.000
Diskon PembelianRp500.000
Retur PembelianRp950.000
PembelianRp170.000.000
Biaya Angkut PembelianRp1.000.000

Hasil stock opname pada akhir bulan menunjukkan bahwasanya persediaan akhir bernilai Rp35.000.000. Maka HPP pada perusahaan Sejahtera Abadi adalah Rp25.000.000 (persediaan awal) + Rp169.550.000 (persediaan tersedia) – Rp35.000.000 (persediaan akhir) = Rp159.550.000.

Setelah mengetahui nilai HPP, barulah perusahaan membuat jurnal penyesuaian untuk mede periodik ini.

jurnal penyesuaian persediaan barang dagang adalah sebagai berikut:

Akun PersediaanDebitKredit
HPPRp159.550.000
PersediaanRp159.550.000

Menyusun Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang

Untuk membuat jurnal penyesuaian perusahaan dagang, kamu membutuhkan penyesuaian terhadap 8 akun,diantaranya.

1. Persediaan Barang Dagang

Pada proses pencatatan barang dagang, kamu bisa menggunakan 2 metode yaitu metode ikhtisar laba rugi dan metode harga pokok penjualan (HPP).

a. Ikhtisar Laba Rugi

Dengan mede ini, persediaan awal mempengaruhi harga pokok penjualan. Maka dari itu, di akhir periode kamu memindahkan persediaan awal barang ke debit pada akun laba/rugi dan persediaan barang dagang ditempatkan di kredit.

Untuk penyesuaian barang dagang akhir ditempatkan pada posisi debit akun persediaan barang dagang dan mengkreditkan laba/rugi.

b. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Hal yang perlu kamu perhatikan pada mede ini adalah akun yang harus dipindahkan ke Harga Pokok Penjualan.

Ada 6 akun yang kamu sesuaikan termasuk unsur harga pokok Penjualan yaitu persediaan barang dagang awal, biaya angkut, pembelian barang dagang, potongan pembelian, retur pembelian, dan persediaan barang dagang akhir.

2. Beban dibayar di muka

Biaya ini belum jadi kewajiban kamu untuk membayarnya pada periode tertentu tetapi sudah dibayarkan lebih awal oleh usaha kamu. Beban dibayar di muka dibagi menjadi 2 hal yaitu harta dan beban.

3. Pendapatan dibayar di muka

Pendapatan ini kamu terima lebih awal karena pendapatan ini berasal dari transaksi pembayaran yang belum dilakukan oleh konsumen. Sehingga pencatatan jurnal penyesuaian ini kamu tempatkan sebagai utang dan pendapatan.

4. Perlengkapan

Dari akun perlengkapan kamu bisa melihat nilai perlengkapan yang sudah digunakan, caranya mengetahui nilai yang sudah dipakai kamu bisa mengurangi saldo perlengkapan awal dengan perlengkapan yang tersisa.

5. Beban yang masih dibayarkan

Beban ini masih harus dibayarkan perusahaan pada akhir periode dan nama lain dari akun ini adalah utang beban. Misalnya kamu punya karyawan, jadi kamu masih punya beban untuk membayar gaji karyawan.

6. Pendapatan yang wajib diterima

Pendapatan ini akan kamu terima di masa mendatang karena usaha kamu belum menerima pembayaran dari pelanggan atau bisa disebut juga sebagai piutang pendapatan.

Karena pelanggan masih punya utang yang harus dibayarkan kepada bisnis kamu. Ada kerugian yang kamu tanggung akibat adanya penyusutan nilai aktiva tetap misalnya usaha kamu punya kendaraan, gedung, peralatan, atau yang lainnya.

Nah dari penyusutan kamu bisa tahu nilai ekonomis dari aktiva tetap dan menghitung aktiva tetap yang dimiliki usaha kamu.


Akhir Kata

Demikianlah pembahasan seputar jurnal penyesuaian persediaan barang dagang yang bisa kami sampaikan.

Kesimpulannya, metode perpetual hanya membutuhkan satu jurnal penyesuaian pada akhir periode dengan hanya membandingkan nilai persediaan akhir pada neraca saldo yang belum disesuaikan dengan hasil stock opname.

Sedangkan metode periodik membutuhkan dua jurnal penyesuaian ketika menutup akun pembelian kepada akun persediaan dan memasukkan hasil perbedaan antara nilai persediaan akhir dari neraca saldo yang belum disesuaikanname dengan hasil stocks.

Baik dari metode perpetual ataupun periodik, jurnal penyesuaian persediaan barang dagang memiliki fungsi penting untuk mendapatkan nilai sesungguhnya dari akun persediaan.

Related Post

Tinggalkan komentar